BREAKING NEWS

Macron Kecam Video Sandera Hamas, Tegaskan Komitmen Akui Negara Palestina

 



Citizen VNN.co.id — Presiden Perancis Emmanuel Macron mengutuk keras video terbaru yang dirilis oleh Hamas dan menyebutnya sebagai bentuk kebiadaban yang melampaui batas kemanusiaan. Dalam video itu, terlihat dua warga Israel yang disandera, Rom Braslavski dan Evyatar David, berada dalam kondisi sangat lemah dan mengalami kekurangan gizi.

Kedua sandera tersebut telah ditawan sejak serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang menjadi pemicu konflik bersenjata hingga saat ini.

“Kekejaman yang keji dan ketidakmanusiawian itulah yang diwakili oleh Hamas,” ujar Macron melalui pernyataan di platform X pada Minggu (3/8/2025). Ia menegaskan bahwa prioritas utama Perancis adalah memastikan seluruh sandera yang masih ditahan di Gaza bisa dibebaskan.

Salah satu adegan dalam rekaman tersebut menunjukkan Evyatar David yang berusia 24 tahun sedang menggali sesuatu yang tampak seperti kuburannya sendiri. Adegan ini langsung memicu kecaman luas dari komunitas internasional. Sementara itu, Braslavski yang berusia 21 tahun dan berkewarganegaraan ganda Jerman-Israel juga tampak kurus dan lemah dalam video itu.

Meski keras mengkritik Hamas, Macron tetap menunjukkan komitmennya terhadap penyelesaian konflik melalui solusi dua negara. Ia menegaskan bahwa Perancis akan mengakui negara Palestina pada September 2025 dengan syarat Hamas tidak menjadi bagian dari pemerintahan Gaza setelah konflik berakhir.

“Kita harus memastikan Hamas dilucuti sepenuhnya dari kekuatan militer, dikeluarkan dari pemerintahan, dan negara Palestina harus mengakui keberadaan Israel,” ujar Macron seperti dikutip dari AFP.

Macron juga menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan dan mendesak masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Jalur Gaza yang masih diblokade hingga kini.

Selain Macron, sejumlah pemimpin dunia juga menyampaikan kecaman terhadap video penyanderaan tersebut. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menilai rekaman itu sebagai bukti kekejaman Hamas dan mendesak kelompok itu segera melucuti senjata serta membebaskan para sandera.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiga, juga menyampaikan kemarahannya terhadap perlakuan tidak manusiawi yang diterima para sandera. “Warga Gaza tidak seharusnya terus menjadi korban akibat tindakan Hamas. Hamas harus meletakkan senjata dan membebaskan semua sandera,” tulisnya di platform X.

Berdasarkan data militer Israel, dari total 251 orang yang diculik pada serangan Hamas tahun 2023, sebagian besar telah dibebaskan melalui skema pertukaran dengan tahanan Palestina. Namun, masih ada 49 orang yang diduga masih disandera di Gaza, termasuk Braslavski dan David. Dari jumlah itu, pihak Israel menyatakan 27 di antaranya telah meninggal dunia.

Serangan Hamas pada Oktober 2023 mengakibatkan 1.219 orang tewas, mayoritas merupakan warga sipil menurut catatan resmi Israel. Sementara itu, serangan balasan yang dilakukan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 60.430 orang, sebagian besar juga merupakan warga sipil. Angka ini dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza yang berada di bawah kendali Hamas dan dianggap kredibel oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. ***